Ardi adalah seorang anak laki-laki berusia 12 tahun yang tinggal di sebuah desa kecil. Kehidupan di desa memang tidak selalu mudah, tetapi Ardi selalu berusaha untuk berpikir positif dan menikmati setiap momen. Ia memiliki cita-cita yang besar untuk menjadi seorang ilmuwan dan menemukan sebuah penemuan yang bermanfaat bagi banyak orang. Namun, ada satu hal yang membuatnya khawatir, yaitu ia sering merasa rendah diri karena keluarganya tidak begitu mampu dan tidak memiliki banyak sumber daya.
Suatu malam, setelah seharian bersekolah dan membantu orang tuanya di rumah, Ardi pergi tidur dengan perasaan sedikit cemas tentang masa depannya. Ia khawatir apakah ia dapat meraih mimpinya atau tidak, mengingat keterbatasan yang dimilikinya.
Namun, saat Ardi tertidur, ia bermimpi indah. Dalam mimpinya, ia berada di sebuah taman yang dipenuhi bunga-bunga berwarna-warni. Taman itu terasa begitu damai dan sejuk, dengan sinar matahari yang lembut menyinari sekelilingnya. Di tengah taman, terdapat sebuah pohon besar yang rindang, dan di bawah pohon itu berdiri seorang lelaki tua berjubah putih berkilau.
Lelaki tua itu tersenyum dan berkata, “Ardi, masa depanmu sangat cerah. Kau akan menemukan jalanmu, meskipun terkadang tampak sulit. Jangan pernah meragukan kemampuanmu. Ingatlah bahwa setiap langkah kecil yang kau ambil, bahkan yang tampaknya tidak penting, akan membawamu lebih dekat ke impian besarmu.”
Ardi terharu dan bertanya, “Tapi, bagaimana kalau aku tidak bisa melanjutkan sekolah? Bagaimana aku bisa menggapai mimpiku?”
Lelaki tua itu menepuk bahunya dengan lembut dan berkata, “Jangan takut, anakku. Di dunia ini, tidak ada yang benar-benar dapat menghalangi seseorang dengan tekad dan hati yang tulus. Percayalah, kesempatan itu akan datang pada waktunya. Yang terpenting adalah kamu selalu berusaha dan belajar dengan sepenuh hati.”
Saat itu, Ardi merasa tenang dan penuh harapan. Ia merasa yakin bahwa dengan tekad dan usaha, ia pasti bisa meraih mimpinya. Saat Ardi bangun keesokan paginya, rasa cemas yang ia rasakan semalam telah sirna. Mimpi itu memberinya keberanian untuk terus berjuang, meski ia merasa itu sulit.
